BIOGRAFI AHLI-AHLI ANTROPOLOGI
KOENTJARANINGRAT (15 Juni 1923 - 23 Maret 1999)

Hampir sepanjang hidupnya, Koentjaraningrat berjuang untuk pengembangan
ilmu antropologi, pendidikan antropologi, dan apsek-aspek kehidupan yang
berkaitan dengan kebudayaan dan kesuku-bangsaan di Indonesia. Ia
merintis berdirinya sebelas jurusan antropologi di berbagai universitas
dan beberapa karya tulisnya telah menjadi rujukan bagi dosen dan
mahasiswa di Indonesia. Dan atas jasa-jasanya itu, ia mendapat gelar
kehormatan sebagai Bapak Antropologi Indonesia.
Ketertarikan Koentjaraningrat dibidang ilmu antropologi berawal ketika
ia menjadi asisten Prof GJ Held, guru besar antroplogi UI, yang
mengadakan penelitian lapangan di Sumbawa. Ia kemudian melanjutkan
pendidikannya di Yale University Amerika Serikat dan meraih gelar MA
dibidang antropologi tahun 1956. Selanjutnya, tahun 1958 ia meraih gelar
doktor antroplogi dari Universitas Indonesia.
Pengabdiannya dibidang antroplogi dimulai ketika ia ditugaskan untuk
mengembangkan pendidikan dan penelitian antropologi. Ia pun menyiapkan
dan menyediakan bahan untuk pengajaran. Dalam rangka pemenuhan
tugas-tugas itu, ia tidak hanya produktif menulis buku-buku acuan
pendidikan antropologi, melainkan dia juga menulis buku-buku dan artikel
ilmiah lainnya berkenaan dengan kebudayaan, suku bangsa, dan
pembangunan nasional di Indonesia.
Berbagai penghargaan telah dianugerahkan padanya atas pengabdiannya
dalam pengembangan ilmu antropologi. Di antaranya, penghargaan ilmiah
gelar doctor honoris causa dari Universitas Utrecht, 1976 dan Fukuoka
Asian Cultural Price pada tahun 1995. Pak Koen juga mendapat penghargaan
Satyalencana Dwidja Sistha dari Menhankam RI (1968 dan 1981).
Sebagai perintis serta aspek kebudayaan yang menjadi sasaran penelitian antropologi, Koentjaraningrat menyusun berbagai buku yang membahas dasar antropologi, konsep dan metode penelitian, serta sejarah perkembangan. Karya-karya Beliau mencapai 200 judul (buku dan makalah), baik dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan Belanda, serta diterjemahkan ke dalam bahasa Pengantar Perancis dan Jepang. Bukunya yang paling penting adalah :
Sebagai perintis serta aspek kebudayaan yang menjadi sasaran penelitian antropologi, Koentjaraningrat menyusun berbagai buku yang membahas dasar antropologi, konsep dan metode penelitian, serta sejarah perkembangan. Karya-karya Beliau mencapai 200 judul (buku dan makalah), baik dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan Belanda, serta diterjemahkan ke dalam bahasa Pengantar Perancis dan Jepang. Bukunya yang paling penting adalah :
- Antropologi (1959)
- Beberapa Pokok Antropologi Sosial (1967)
- Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (1970)
- Kebudayaan, Mentaliteit dan Pembangunan (1974)
- Metode Penelitian Masyarakat (1973)
- Masyarakat Terasing di Indonesia (1993).
Koentjaraningrat pernah mengadakan penelitian
antropologi Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Minangkabau, Tanah Batak,
dan Irian Jaya, Teluk Ijsselmeer (Belanda), Yugoslavia, Belgia,
Thailand, Malaysia, Filipina,dan Jepang. Beliau juga menginginkan
partisipasi antropologi yang lebih nyata dalam kehidupan dan
pembangunan.
FRANZ BOAS (9 Juli 1858 - 21 Desember 1942)

Dalam bukunya yang berjudul The Maind of Primitive Man (1911),
ia menegaskan dirinya menentang rasialisme dengan mengeluarkan argumen
bahwa variasi dari fenotipe dalam sebuah ras tidak dapat dijadikan
justifikasi untuk melihat tingkatan kemajuan suku bangsa (ethnocentrism) sebagai yang terbelakang (inferior) dan suku bangsa yang cukup maju (superior).
Boas juga mempublikasikan kritikannya terhadap berbagai tuduhan terhadap kebudayaan terbelakang (rasialisme) dalam artikel yang berjudul The Limitations of The Comparative Method of Anthropology (1896). Konsepnya mengenai relativisme kebudayaan (cultral relativism) berhasil mengibarkan namanya di bidang antropologi.
Menurut Boas dalam
prinsip relativisme kebudayaan, bahwa semua kebudayaan adalah sama dan
dapat dibandingkan antara satu dengan yang lainnya, sehingga tidak ada
bagi Boas yang disebut kebudayaan terbelakang atau maju. Semua
kebudayaan harus dipandang sebagai dirinya sendiri.
Dalam
pertemuan AAA, Boas mendorong "empat bidang" konsep antropologi, ia
secara pribadi memberikan kontribusi terhadap antropologi fisik,
linguistik, arkeologi, serta antropologi budaya. Karyanya di bidang ini adalah perintis dalam antropologi fisik,
ia memimpin sarjana dari klasifikasi taksonomi statis ras, untuk
penekanan pada biologi manusia dan evolusi. Dalam linguistik ia
menerobos keterbatasan filologi klasik dan mendirikan beberapa masalah
sentral dalam modern linguistik dan antropologi
kognitif, dalam antropologi budaya dia (bersama dengan Bronisław
antropolog Malinowski) mencoba mendirikan pendekatan kontekstualis
dengan budaya, relativisme budaya, dan peserta-metode observasi
lapangan.
Boas
berpendapat bahwa untuk memahami "apa yang" dalam antropologi budaya,
ciri-ciri budaya tertentu (perilaku, kepercayaan, dan simbol) orang
harus memeriksa mereka dalam konteks lokal mereka. Dia juga memahami bahwa sebagai orang bermigrasi dari satu
tempat ke tempat lain dan karena perubahan konteks budaya dari waktu ke
waktu, unsur-unsur budaya, dan makna mereka, akan berubah, yang
membuatnya menekankan pentingnya sejarah lokal untuk analisa budaya.
Dia mempelajari budaya Indian Kwatiutl secara intensif. Boas menyatakan
bahwa koleksi data dari setiap aspek adalah unsur yang penting untuk
memahami suatu budaya masyarakat. Hasil karyanya yang terkenal termasuk The Mind of Primitive Man (1911), Antrhopology and Modern Life (1928) dan Race, Language and Culture (1940).
SUMBER:
Komentar
Posting Komentar